Pages

silahkan cari isi blog di sini

Rabu, 18 April 2012

Lalove Suling Sakral Pengiring Tarian Balia

Tatkala penulis mendengar suara Lalove dari kelompok musik pedati yang tiada putus nadanya, dalam hati penulis pun terkagum-kagum dengan teknik meniupnya yang tentu sangat sulit. Lalove adalah alat kesenian jenis tiup (suling) yang awalnya berfungsi sebagai alat pengiring Tarian Tradisional Balia disamping alat lain seperti gendang. Tari tradisional yang di sebut Balia, merupakan ritual penyembuhan pada suku Kaili di Sulawesi Tengah. Pada mulanya Lalove ini tidak boleh sembarangan ditiup, sebab bagi orang-orang yang biasa kerasukan roh,jika mendengar suara Lalove maka dengan spontan orang tersebut akan kerasukan. Itulah sebabnya pada awalnya lalove tersebut tidak bisa sembarang orang yang meniupnya, sebatas pada orang-orang tertentu dan di sebut bule.Lalove ini sangat penting kedudukannya dalam mengiringi tarian upacara penyembuhan, sebab apabila salah irama para penari yang sudah kerasukan roh, akan marah dan mengamuk.
Upacara penyembuhan dilaksanakan pada malam hari, lamanya upacara berdasarkan lamanya pasien yang kerasukan kadang-kadang sampai siang. Tetapi akhir-akhir ini alat tersebut telah banyak dipakai untuk mengikuti/ mengiringi tarian tradisional yang telah dikreasikan. Karena butuh teknik tinggi, saat ini para remaja masih belum mampu menggunakannya, sehingga kebanyakan orang-orang yang telah berumur yang mampu meniupnya secara sempurna. Bahan: Buluh Bambu dan Rotan. Bentuk: Bulat Panjang, seperti suling. Warna: Kuning kecoklat-coklatan.

Cara pembuatannya: 

1. Memilih bahan dengan cara mencari buluh yang sudah tua dan lurus. Buluh untuk lalove ini, dicari dan pilih buluh yang tumbuh digunung atau di bukit-bukit, dan rumpun yang terletak paling tinggi. 

2. Sebelum menebang atau mengambil buluh tersebut, terlebih dahulu dibuatkan upacara untuk minta izin kepada penghuni/ penguasa di bukit tersebut. Upacara ini menguguhkan sesajen berupa ayam putih yang diambil darahnya sedikit lalu dilepas. Disamping itu adapula makanan, sambil membacakan mantera-mentera.

3. Selesai upacara, lalu memilih bulu yang paling tinggi, lurus dan sudah tua, dan ditebang sambil mengucapkan tebe (permisi), sebanyak 3 (tiga) batang. 

4. Buluh-buluh tadi dibawa ke sungai, setelah dikeluarkan ranting-ranting, dan kemudian di sungai yang diikuti oleh pembuatnya.

5. Oleh pembuat memilih buluh yang terlebih dahulu hanytut dari buluh lainnya, dan buluh tersebut merupakan pilihan utama.

6. Buluh pilihan tersebut dipotong seruas-ruas, lalu dialirkan lagi kesungai untuk mendapatkan ruas yang utama sebagai pilihan untuk dibuat lalove. 

7. Bulu yang dipotong tadi dianginkan sampai kering. Salah satu ruas buku tidak dikeluarkan. Pada bagian buku ini disayat sedikit, kemudian dililit dengan rotan yang telah diraut, sehingga antara sayatan dan lilitan rotan ada lubang untuk masuknya udara dari dalam mulut. Pada bagian yang bertolak belakang dengan bagian yang disayat tadi buat lubang sejumlah enam (6) dengan jarak yang sama tiap tiga lubang dan antara tiap tiga lubang ± 5 cm, sedangkan jarak tiap lubang ± 2 cm. 

8. Untuk memperbesar suara lalove tadi pada ujungnya ditambah dengan buluh yang lebih besar, sehingga ujung lalove tadi dapat masuk dalam buluh tadi. Buluh untuk menambah besar suara lalove disebut solonga. 

9. Keadaan pengrajin lalove akhir-akhir ini bila dibandingkan pada masa lalu kelihannya agak kurang, namun pada sisi lain nampaknya masih ada usaha untuk melestarikannya. Usaha ini dikaitkan dengan dikembangkannya usaha melestarikan musik tradisional, tetapi tidak ada lagi upacara-upacara pemilihan buluh, tetapi cukup dengan memilih bulu yang berkualitas baik. 

Cara memainkan 
1. Dimainkan dalam posisi duduk, pada waktu malam.
2. Pada ujung yang dilit pada rotan diletakkan pada bibir dan ujung yang satunya dijepit oleh jari kaki.
3. Jari-jari tanga kiri (3 jari), telunjuk, jari tengah, dan jari manis menutup tiga lubang bagian atas, begitu pula pada 3 (tiga) lubang pada bagian bawah. Kadang-kadang ibu jari tangan kanan digunakan, apabila Lalove tersebut agak panjang sehingga posisi kaki agak terjulur ke depan. 
4. Pada lubang sayatan yang dililit dengan rotan, napas dihembuskan, dan jari-jari tangan dapat bergerak tutup buka pada lubang-lubangnya. 
5. Apabila suaranya kurang merdu, dapat diatur dengan cara mengatur rotan pelilit tadi. 

Persebaran 
Karena alat ini pada mulanya digunakan untuk mengiringi tari tradisional Balia, maka penyebarannya terbatas pada orang atau kelompok yang mengadakan upacara balia sebagai upacara penyembuhan orang sakit. Namun demikian akhir-akhir ini dimana orang atau kelompok balia sudah mulai berkurang, tetapi dipihak lain ada usaha menggunakan lalove ini sebagai pengiring tari tradisional yang telah dikreasi. Nampaknya masih didominasi oleh pengikut balia, akan tetapi kaum remaja sudah mulai mencintainya, walau masih perlu belajar banyak. 
 Sumber:http://lorelindu.wordpress.com








Ditulis Oleh : C.U (Cari Urusan) ~ Deskripsi Blog Anda

Artikel Lalove Suling Sakral Pengiring Tarian Balia ini diposting oleh C.U (Cari Urusan) pada hari Rabu, 18 April 2012. Terimakasih atas kunjungan Anda serta kesediaan Anda membaca artikel ini. Kritik dan saran dapat anda sampaikan melalui kotak komentar.

:: Get this widget ! ::

0 komentar:

Posting Komentar