PALU – Harga tomat di pasaran dipastikan selalu saja “terjun bebas” ketika berlangsung panen raya. Pasalnya, pasokan begitu melimpah dan sementara itu permintaan cenderung stabil. Alasan itu yang mendasari sejumlah petani tomat di Kelurahan Boyaoge menyiasati jadwal tanam tomatnya.
Siasat yang dimaksudkan adalah mengatur jadwal penanaman agar tidak serentak. Jadi ketika yang lainnya menanam, maka petani lainnya menunda penanamannya selang sebulan kemudian.
“Ini maksudnya agar tidak terjadi penumpukan stok jika panen raya sehingga harga tomat di pasarkan bisa stabil, atau paling tidak turunlah,”ujar Parto, salah seorang petani di wilayah itu.
Menurutnya, memang agak sulit mengatur jadwal tanam bagi seluruh petani di wilayah itu, antara lain karena petani tidak bisa dipaksakan menunda atau menyuruh menanam dari sekarang. “Ini hanya kesepakatan saja, tinggal melihat siapa yang menanam bulanini dan siapa lagi bulan berikutnya,” imbuhnya.
Jika tidak terjadwal seperti itu lanjutnya maka efeknya pasti ke petani juga terutama pada saat panen raya.
Harga dipastikan anjlok karena banyak sekali tomat di pasaran.
“Kalau lagi panen raya, harga di tingkat petani bisa hanya sampai Rp2.000 per kilogram, bahkan pernah Rp1.500 per kilogram. Kalau harga seperti itu, malah jadi rugi kalau memanennya karena untuk panen juga dikeluarkan ongkos petik,” sebut Parto lagi.
Maka tak heran lanjutnya jika harga jatuh di titik paling rendah, banyak tomat yang tidak dipanen alias dibiarkan membusuk. (afd)
sumber: http://beritapalu.net/2016/02/08/petani-di-boyaoge-siasati-jadwal-penanaman-tomat/
0 komentar:
Posting Komentar